Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Wednesday, August 29, 2007

Saat Saya Jadi Maling

“Kalo mau, antum di sini juga ngga papa sama saya” Begitu kira-kira kata-kata yang diucapkan Devi, adik kelas angkatan 2003 yang sejak lulus dari Assalaam langsung ngabdi di pondok ini. Dia nawarin saya untuk tinggal di kamarnya, mengingat waktu itu saya belum nggenah mau tinggal di mana.

Karena ada yang terang-terangan siap menerima saya, ya akhirnya saya terima tawarannya. Awalnya saya mau pindahan hari Kamis malam, tapi batal karena ada acara pelantikan pengurus OPPPMIA 2007 – 2008 yang memakan waktu cukup lama. Jadilah saya boyongan dari tempat nginep sementara saya ke perumahan tipe D nomor 2 hari Jum’at pagi setelah sholat Shubuh. Lumayan juga, masing-masing punya 2 lemari kayu, ada kipas angin, setrika, dispenser air, tape, dan tidak ketinggalan komputer, jadi saya masih bisa menyalurkan hobi mendengarkan musik.

Model perumahan ini hampir mirip dengan asrama Kagatra/i, sama-sama tidak ada kamar mandi dalam kamar. Bedanya, bila Kagatra/i dua sisinya merupakan kamar, yang mana di belakang satu kamar adalah kamar juga, tapi kalau perumahan tempat saya tinggal tidak kaya’ gitu. Di belakang kamar saya tidak ada kamar lagi alias lowong, makanya kalau Kagatra/i hanya bagian depan yang berjendela, maka kalau kamar saya berjendela depan dan belakang. Di belakang perumahan saya ada 4 kamar mandi yang di pakai bersama-sama, ditambah tempat khusus untuk mencuci, dan mejemur pakaian. Areal tempat fasilitas mandi, cuci, dan jemur itu diberi pagar pembatas dari sisi belakang perumahan sampai dengan tembok pembatas pondok dengan daerah luar pondok.

Normalnya, untuk menuju ke areal belakang itu saya dan teman-teman keluar kamar dari pintu kamar lalu memutar lewat lorong yang ada di tengah-tengah perumahan, dan sampailah kami di tempat yang dituju. Nah, yang tidak normal adalah saat saya dan kawan-kawan kadangkala pergi ke areal belakang tidak lewat jalan biasa, melainkan dengan lompat dari jendela kamar bagian belakang. Kalo yang saya rasain sih, aksi lompat itu terjadi ketika saya ngerasa sedikit ngga enak kalo keliatan ama santri lagi jalan mau mandi atau ngambil wudlu. Pada saat-saat tertentu saya santai-santai aja ke belakang lewat jalan biasa, tapi adakalanya pada saat yang lain saya terdorong untuk pake’ jalan pintas kaya tadi.

Saat-saat awal menempati kamar ini, aksi lompat jendela ini cuma berlaku untuk pakaian ganti, hanger, atau perlengkapan mandi. Barang-barang itu saya letakkan di kasur yang memang dekat dengan jendela, lalu saya ambil dari luar. Tapi beberapa hari kemudian, giliran saya yang melakukan aksi lompat jendela layaknya maling itu, entah sampai kapan. Semoga gak jadi maling beneran, aminnn.....

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 9:41 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------