Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Friday, March 31, 2006

Pondokku Damai

Di tempat ini, salah satu sejarah terbesar dalam hidupku terukir







Posted by Azhar Muhammad N.T :: 11:52 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------
Menjadi Apapun Dirimu

Jadilah karang, meski tidak mudah. Sebab ia akan menahan sengat binar mentari yang garang. Sebab ia akan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia akan melawan gelombang yang keras menghembus dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan. Sebab ia akan menahan hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Sebab ia akan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus. Sebab ia akan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan.

Jadilah pohon yang tinggi menjulang, meski itu tidak mudah. Sebab ia akan menatap tegar bara mentari yang terus menyala setiap siangnya. Sebab ia akan meliuk halangi angin yang bertiup kasar. Sebab ia akan terus menjejak bumi hadapi gemuruh sang petir. Sebab ia akan hujamkan akar yang kuat untuk menopang. Sebab ia akan menahan gempita hujan yang coba merubuhkan. Sebab ia akan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengenyangkan. Sebab ia akan berikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya. Sebab ia akan berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya.

Jadilah ikan paus, meski itu tak mudah. Sebab dengan sedikit kecipaknya, ia akan menggetarkan ujung samudera. Sebab besar tubuhnya akan menakutkan musuh yang coba mengganggu. Sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya.

Jadi elang dengan segala kejantanannya, meski itu juga tidak mudah. Sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit. Sebab ia harus melanglang buana untuk mengenal medannya. Sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru. Sebab ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh. Sebab ia harus kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya. Sebab ia harus menukik tajam mencengkeram mangsa. Sebab ia harus menjelajah cakrawala dengan kepak sayap yang membentang gagah.

Jadilah melati, meski tampak tak bermakna. Sebab ia akan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan. Sebab ia begitu putih, seolah tanpa cacat. Sebab ia tak takut hadapi angin dengan mungil tubuhnya. Sebab ia tak ragu hadapi hujan yang membuatnya basah. Sebab ia tak pernah iri melihat mawar yang merekah segar. Sebab ia tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi. Sebab ia tak pernah rendah diri pada anggrek yang anggun. Sebab ia tak pernah dengki pada tulip yang berwarna-warni. Sebab ia tak gentar layu karena pahami hakikat hidupnya.

Jadilah mutiara, meski itu tak mudah. Sebab ia berada di dasar samudera yang dalam. Sebab ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia. Sebab ia begitu berharga. Sebab ia begitu indah dipandang mata. Sebab ia tetap bersinar meski tenggelam di kubangan yang hitam.

Jadilah kupu-kupu, meski itu tak mudah pula. Sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini. Sebab ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan. Sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari segala yang menyenangkan, hingga kemudian tiba saat untuk keluar.

Karang akan hadapi hujan, terik sinar mentari, badai, juga gelombang. Elang akan menembus lapis langit, mengangkasa jauh, melayang tinggi dan tak pernah lelah untuk terus mengembara dengan bentangan sayapnya. Ikan Paus akan menggetarkan samudera hanya dengan sedikit gerakan. Pohon akan hadapi petir, deras hujan, silau matahari, namun selalu berusaha menaungi. Melati ikhlas untuk selalu menerima keadaannya, meski tak terhitung pula bunga-bunga lain dengan segala kecantikannya. Kupu-kupu berusaha bertahan, meski saat-saat diam adalah kejenuhan. Mutiara tak memudar kelam, meski pekat lingkungan mengepungnya di kiri-kanan, depan dan belakang.

Tapi karang menjadi kokoh dengan segala ujian. Elang menjadi tangguh, tak hiraukan lelah tatkala terbang melintasi bermilyar kilo bentang cakrawala. Paus menjadi kuat dengan besar tubuhnya dalam luas samudera. Pohon tetap menjadi naungan meski ia hadapi beribu gangguan. Melati menjadi bijak dengan dada yang lapang, dan justru terlihat indah dengan segala kesederhanaan. Mutiara tetap bersinar dimana pun ia terletak, dimana pun ia berada. Kupu-kupu hadapi cerah dunia meskipun lalui perjuangan panjang dalam kesendirian.

Menjadi apapun dirimu, bersyukurlah selalu. Sebab kau yang paling tahu siapa dirimu. Sebab kau yakini kekuatanmu. Sebab kau sadari kelemahanmu. Tapi, tetaplah sadari bahwa kau adalah seorang hamba, seorang yang lemah di hadapan-NYA! Itulah dirimu. (Imma - Kotasantri)

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 3:31 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------

Monday, March 27, 2006

Karena Saya Tidak Sendiri

Hangat dalam kedinginan, itulah yang saya rasakan pada malam terakhir saat rihlah IKMAS Mesir ke pantai Gamasha kemarin. Hawa malam itu memang lumayan menusuk, buktinya cowok-cowok banyak yang kemulan sarung, duduknya dempet-dempet pula. Namun dingin itu bisa dinetralisir oleh hangatnya suasana kekeluargaan (semoga tidak pernah hilang) yang menyelimuti perkumpulan malam itu. Ngobrol, ngocol, hiburan, senda gurau, hingga gelak tawa adalah hal-hal yang ikut menghidupkan malam itu. Satu lagi, momen tulis menulis kesan terhadap saudara se-Ikmas yang hadir malam itu. Bagi saya pribadi sepintas memang sederhana (hanya bermodalkan kertas setengah lembar dan bolpoin yang digilir), namun maknanya sangat besar. Dari situ saya jadi lebih tau tentang penilaian saudara-saudara saya terhadap saya. Ada yang memberi kesan baik, ada juga yang berpesan agar saya berusaha meghilangkan sisi negatif dalam diri saya. Dari situ juga saya mendapat satu pelajaran atau tepatnya penegasan terhadap sesuatu yang sebenarnya sudah saya pahami, yaitu bahwa saya hidup tidak sendiri, melainkan berbaur dengan saudara-saudara saya yang lain, dan saya dituntut untuk bisa menghargai perasaan saudara-saudara saya itu. Diantara sikap-sikap/sifat-sifat saya, ada yang bisa mereka terima, tapi ada juga yang tidak, ada yang disukai, tapi ada juga yang dibenci. Akhirnya, kepada Allah saya berdoa, semoga dalam berinteraksi dengan saudara-saudara saya disini, saya bisa bersikap lebih dewasa, lebih bijaksana, nggak temperamental, hingga bisa memberikan kesan baik dalam diri saudara-saudara saya. Amiin... Ya Allah... Tolong saya dibantu ya...

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 1:47 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------
Kerjasama Itu Penting

Pada suatu waktu, ada seorang mahaguru yang ingin mengambil rehat dari kehidupannya sehari-hari sebagai akademisi. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke sebuah pantai dan meminta seorang nelayan untuk membawanya pergi melaut menuju tempat yang jauh dari sana. Seperempat perjalanan, mahaguru tersebut bertanya, "Wahai nelayan, apakah Anda mengenal ilmu geografi?" Sang nelayan menjawab, "Ilmu geografi yang saya ketahui adalah kalau di laut sudah mulai sering ombak pasang, maka musim hujan segera akan tiba." "Nelayan bodoh!" kata mahaguru tersebut. "Tahukah kamu bahwa dengan tidak menguasai ilmu geografi kamu sudah kehilangan seperempat kehidupanmu."

Seperempat perjalanan berikutnya, mahaguru tersebut bertanya pada nelayan apakah dia mempelajari ilmu biologi dan sains? Sang nelayan menjawab bahwa ilmu biologi yang dia kenal hanyalah mengetahui jenis ikan apa saja yang dapat dimakan. "Nelayan bodoh, dengan tidak menguasai biologi dan sains kamu sudah kehilangan seperempat kehidupanmu." Kemudian mahaguru tersebut bercerita tentang Tuhan yang menciptakan umat manusia dengan struktur tubuh, kapasitas otak yang sama, dan lain-lain.

Selanjutnya mahaguru tersebut bertanya apakah nelayan tersebut mempelajari matematika? Sang nelayan menjawab bahwa matematika yang dia ketahui hanyalah bagaimana cara menimbang hasil tangkapannya, menghitung biaya yang sudah dikeluarkannya, dan menjual hasil tangkapannya agar dapat menghasilkan keuntungan secukupnya. Lagi-lagi mahaguru tersebut mengatakan betapa bodohnya sang nelayan dan mengatakan bahwa dengan tidak mempelajari matematika dia sudah kehilangan lagi seperempat kehidupannya.

Kemudian, di perjalanan setelah jauh dari pantai dan berada di tengah lautan, mahaguru tersebut bertanya, "Apa artinya awan hitam yang menggantung di langit?" "Topan badai akan segera datang, dan akan membuat lautan menjadi sangat berbahaya." Jawab sang nelayan. "Apakah bapak bisa berenang?" Tanya sang nelayan. Ternyata sang mahaguru tersebut tidak bisa berenang. Sang nelayan kemudian berkata, "Saya boleh saja kehilangan tiga-perempat kehidupan saya dengan tidak mempelajari tiga subyek yang tadi diutarakan oleh mahaguru, tetapi dengan tidak bisa berenang, mahaguru akan kehilangan seluruh kehidupan yang dimiliki." Kemudian nelayan tersebut meloncat dari perahu dan berenang ke pantai sedangkan mahaguru tersebut tenggelam.

Dalam kehidupan kita, baik dalam pekerjaan ataupun pergaulan sehari-hari, kadang-kadang kita meremehkan teman, ataupun sesama rekan kerja. Kalimat "tahu apa kamu" atau "si anu tidak tahu apa-apa" mungkin secara tidak sadar sering kita ungkapkan ketika sedang membahas sebuah permasalahan. Padahal, ada kalanya orang lain lebih mengetahui dan mempunyai kemampuan spesifik yang dapat mengatasi masalah yang timbul. Seorang pekerja di pabrik pakaian yang tugasnya menjahit mungkin lebih mengetahui hal-hal yang bersifat teknis daripada atasannya. Intinya, orang yang menggeluti bidangnya sehari-hari bisa dibilang memahami secara detail apa yang dia kerjakan dibandingkan orang 'luar' yang hanya tahu 'kulitnya' saja.

Begitu pula dalam konteks organisasi, kita kadang menganggap remeh orang baru dalam sebuah struktur. Kita menganggap orang baru tersebut tidak mengetahui secara mendalam mengenai sesuatu yang kita kerjakan. Padahal, orang baru tersebut mungkin saja membawa ide-ide baru yang dapat memberikan terobosan untuk kemajuan bersama. Sayangnya, kadang kita dibutakan oleh ego, pengalaman, dan jabatan kita sehingga mungkin akan menganggap remeh orang lain yang pengalaman, posisi, atau pendidikannya di bawah kita. Kita jarang bertanya pada rekan kerja kita. Atau pun kalau bertanya, hanya sekedar basa-basi, pendapat dan masukannya sering dianggap sebagai angin lalu.

Padahal, kita tidak bisa bergantung pada kemampuan diri kita sendiri, kita membutuhkan orang lain. Begitu sebuah masalah muncul ke permukaan, kita tidak bisa mengatasinya dengan hanya mengandalkan kemampuan yang kita miliki. Kita harus menggabungkan kemampuan kita dengan orang lain. Sehingga bila perahu kita tenggelam, kita masih akan ditolong oleh orang lain yang kita hargai kemampuannya. Fakta membuktikan bahwa sebagian besar orang yang mempraktekkan one man show dalam pekerjaannya, biasanya hasil yang dicapai kurang maksimal. Hal ini banyak disebabkan oleh tidak adanya perhatian dari orang tersebut terhadap kemampuan orang-orang lain disekitarnya. Seperti mahaguru yang akhirnya ditinggalkan di perahu yang sedang dilanda topan badai dan dibiarkan mati tenggelam karena tidak menghargai kemampuan nelayan yang membawanya. Yang jadi pertanyaan kita sekarang, apakah kita masih suka bertingkah laku seperti sang mahaguru? Bila ya, seberapa sering?

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 1:40 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------
Sedikit Tentang Yusuf Qardhawi

Yusuf Qardhawi, adalah seorang pemikir Islam modern yang sangat yakin akan kebenaran cara pemikiran Islam yang moderat (al-washatiyah al-Islamiyah). Sebagai ulama yang memiliki apresiasi tinggi terhadap Alquran dan Sunnah Nabi, Qardhawi sangat fleksibel dalam memandang ajaran Islam. Namun pada saat yang sama, ia juga sangat kuat dalam mempertahankan pendapat-pendapatnya yang digali dari Alquran dan Hadits.

Yusuf Qardhawi lahir di Shafth Turaab, sebuah desa kecil di Mesir, pada 9 September 1926. Ia tidak sempat mengenal ayah kandungnya dengan baik, karena saat usianya baru mencapai dua tahun, sang ayah meninggal dunia. Sepeninggal ayahnya, ia dibesarkan oleh ibu kandungnya. Akan tetapi pada saat ia duduk di tahun keempat ibtida'iyah, ibunya pun dipanggil Yang Mahakuasa.

Beruntung, ibu yang dicintainya masih sempat menyaksikan putra tunggalnya ini hafal seluruh Alquran dengan bacaan yang sangat fasih, karena pada usia sembilan tahun sepuluh bulan, ia telah hafal Alquran. Kemampuannya dalam menghafal Alquran itulah yang menyebabkan kaum kerabatnya kerap memanggil Qardhawi "syaikh".

Pendidikan formalnya dimulai pada salah satu lembaga pendidikan Al-Azhar yang dekat dengan kampungnya. Di lembaga pendidikan inilah Qardhawi kecil mulai bergelut dengan kedalaman khazanah Islam. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi, Qardhawi melanjutkan ke Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, hingga lulus tahun 1952.

Namun karena dia sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu, gelar doktornya baru dia peroleh pada tahun 1972, dengan desertasi Zakat dan Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan. Desertasinya itu kemudian disempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif dalam membahas persoalan zakat dengan nuansa modern.

Kedalaman dan ketajamannya dalam menangkap ajaran Islam ini, sangat membantunya untuk selalu bersikap arif dan bijak. Dalam buku-buku yang ditulisnya, dia selalu mendengungkan kelebihan Islam dalam segala lini. Qardhawi dengan gencar mengedepankan Islam yang toleran serta kelebihan-kelebihannya yang tidak dimiliki oleh umat di luar Islam.

Qardhawi juga amat selektif terhadap berbagai propaganda pemikiran Barat maupun Timur, termasuk dari kalangan umat Islam sendiri. Dia bukanlah pengikut buta dari mazhab atau gerakan Islam modern tertentu. Bahkan dia tidak segan-segan berbeda pendapat dengan senior-seniornya dalam pergerakan Islam. Singkatnya, Qardhawi memiliki pendirian yang sangat kokoh terhadap apa yang dia yakini sebagai kebenaran dan prinsip Islam, walaupun seringkali mendapat tekanan dari berbagai pihak.

Di mata Qardhawi, umat Islam sudah lama mengidap krisis identitas akibat perang pemikiran (ghazwul fikr) Barat yang tidak menginginkan Islam bangkit kembali. Akibatnya, umat Islam justru lebih percaya kepada peradaban Barat ketimbang pada agamanya sendiri. Oleh karena itu, Qardhawi tak henti-hentinya berusaha mengembalikan identitas umat dengan melakukan penyebaran pemikiran Islam yang benar melalui berbagai tulisan serta seminar-seminar di tingkat internasional.

Pandangan bahwa Islam sangat menghargai makna pluralisme agama sebagai sebuah realitas sosial yang tidak mungkin dihilangkan, membuat Qardhawi sangat anti-terhadap gerakan-gerakan militan apalagi anarkis. Sikap seperti itu, menurutnya hanya memperburuk citra Islam yang cinta damai dan sangat manusiawi dalam memperlakukan orang lain. Namun di saat yang sama, Qardhawi juga mengingatkan bahwa tindakan militan umat Islam bukan muncul dari keinginan mereka. Tindakan tersebut muncul akibat kemerdekaan mereka telah dirampas oleh para penguasa yang tidak memberikan ruang yang leluasa untuk menjalankan keyakinan mereka.

Qardhawi juga dikenal sebagai seorang ulama yang menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Menurutnya, semua ilmu bisa Islami dan tidak Islami, tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Qardhawi memandang bahwa pemisahan ilmu secara dikotomis telah menghambat kemajuan umat Islam. Padahal, peradaban bisa melesat maju jika peradaban tersebut bisa menyerap sisi-sisi positif dari peradaban yang lebih maju dengan tanpa meninggalkan akar-akar pembangunan peradaban yang dianjurkan Islam.

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 1:18 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------

Wednesday, March 22, 2006

Tidak Ada Alasan Untuk Meninggalkan






Posted by Azhar Muhammad N.T :: 4:29 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------

Friday, March 10, 2006



"Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada malaikat yang menjadi wakilnya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamin' dan engkaupun mendapatkan apa yang dia dapatkan"(HR Muslim)

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 1:18 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------

Friday, March 03, 2006



Tujuh golongan yang akan berada di bawah naungan Allah pada hari dimana tak ada naungan kecuali naungan-Nya;

1. Pemimpin yang adil
2. Pemuda yang senantiasa beribadat kepada Allah semasa hidupnya
3. Orang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid-masjid
4. Dua orang yang saling mengasihi karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah
5. Seorang lelaki yang diundang oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan berparas cantik untuk melakukan kejahatan tetapi dia berkata, 'Aku takut kepada Allah'
6. Seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kanan tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kirinya
7. Seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga mengalirkan air mata dari kedua matanya
(HR. Bukhari & Muslim)

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 11:15 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------

Thursday, March 02, 2006

Piala Afrika, Mesir, Sentimen, dan Al-Qur'an

Ketika ditanya tim mana yang saya jagokan bakal jadi juara Piala Afrika 2006, saya bilang saya rela tim manapun jadi juara asal bukan Mesir. Alasan saya, saya bakal muak melihat gaya org2 Mesir membangga-banggakan kesuksesan timnya nanti. Saya nggak akan menyangkal jika ada yg ngecap saya terlalu sentimen, karena saya memang sentimen banget.

Tapi perlahan harapan saya menguap bersamaan dengan tersingkirnya Tunisia di babak perempat final. Berdasarkan cerita yg saya dengar, Mesir selalu kesusahan melawan sesama tim Arab. Melawan Maroko saja, Mesir cuma bisa main imbang 0-0, hasil itu menambah panjang catatan kegagalan Mesir mengalahkan Maroko selama 20 tahun. Tunisia tersingkir, praktis cuma Mesir saja negara Arab yg masih bertahan.

Partai semifinal Mesir melawan Senegal pun hanya membuat saya semakin 'kehilangan harapan'. Partai final saya saksikan lewat televisi di rumah famili Syeikh Abdurrahim di Luxor. Karena menonton di rumah org Mesir, maka dari awal saya sudah niatkan meskipun nanti Pantai Gading yg menang, saya nggak akan jingkrak2. Kenyataannya saya memang nggak berjingkrak2 malam itu, melainkan ucapan 'mabruk ya syeikh' yang keluar dr mulut saya. Mesir yg juara.

Ada satu fenomena yang sangat berkesan dlm hati saya saat menonton partai final itu. Demi melihat Tarek Said (gelandang kiri Mesir yg malam itu tidak main alias jadi cadangan) memegang al-Quran dan berdoa pada saat adu penalti, saya langsung 'pasrah' bahwa malam itu akan jadi pestanya rakyat Mesir, begitu juga ketika kamera menyorot official Mesir yg membaca al-Quran. Saya nggak peduli dengan penilaian yg mengarah pada saya (mungkin saya dicap terlalu absurd), tapi yg jelas saya merasa bahwa fenomena itu paling tidak bisa menggugah kita, bahwa yg bisa kita lakukan untuk mencapai sebuah cita2 adalah berusaha maksimal dan berdoa, sementara masalah hasil 100% adalah Allah yang menentukan. Sukses yg diraih Mesir memang pantas diraih. Mereka tidak pernah kalah sebelum melaju ke final, dan perjalanan mereka juga bukan tanpa aral. Mental mereka diuji saat gol Amr Zaky dianulir, begitu pula saat Ahmad Hassan gagal mencetak gol lewat penalti hingga hasil tetap 0-0. Usaha maksimal sudah, mereka juga nggak lupa berdoa pada yg Maha Berkehendak.

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 1:58 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------