Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Wednesday, October 25, 2006

Pintu Surga

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib RA pulang lebih awal menjelang ashar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang seharian mencari nafkah dengan sukacita. Siapa tahu suaminya membawa uang lebih banyak. Setelah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah,
"Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sedikitpun"
"Memang yang mengatur rezeki itu tidak duduk di pasar bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala" Fatimah menyahut sambil tersenyum.
"Terima kasih" jawab Ali. Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.

Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua.
"Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Tanya orang tua itu.
"Ya betul. Ada apa, Tuan?" Ali menjawab dengan heran.
"Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya"
Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.

Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak disangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.

Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menengadahkan tangan,
"Siapakah yang mau menghutangkan hartanya karena Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan"
Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.

Saat Ali tiba kembali di rumah, Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa. Setelah Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya, Fatimah masih dalam senyum berkata,
"Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta karena Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu surga untuk kita"
*****
Hidup di dunia adalah memilih, bukan terpilih. Hidup di akherat adalah terpilih, bukan memilih. Rasanya ungkapan ini perlu kita resapi dalam-dalam maknanya. Di dunia kita bisa saja memilih untuk berbuat ini atau berbuat itu, mengerjakan yang baik atau yang buruk, memakan harta yang halal atau yang haram, dengan masing-masing konsekuensinya. Namun di akhirat kita tidak bisa memilih mau ke surga atau ke neraka. Di mana tempat kita nanti, itu ditentukan berdasarkan apa yang kita lakukan semasa hidup di dunia.

Jika mau, Ali bin Abi Tholib bisa saja menahan uang miliknya di tangannya hingga ia membelanjakan semuanya untuk keperluan keluarganya. Namun ternyata beliau memilih salah satu amal yang akan membuka pintu surga untuknya. Semoga kita senantiasa menjadi orang yang lebih memilih jalan menuju surga-Nya.

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 10:58 PM :: 1 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------