Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Tuesday, November 25, 2008

4 Istri Dalam Kehidupanku

Seorang lelaki tua renta, sedang terbaring sakit di salah satu ruangan sebuah rumah sakit mewah. Ia dikelilingi oleh 4 orang istrinya. hari itu, si laki-laki ini hendak mengutarakan sebuah wasiat, sebelum pergi meninggalkan dunia.

Mungkin bermaksud untuk berbeda dengan orang lain, pak tua ini punya keinginan untuk ditemani oleh salah satu istrinya ke alam baka. Ia menanyakan kesediaan para istrinya, untuk menemaninya menghadap Tuhan.

Ia memulai keinginannya, dengan bertanya kepada istri keempat. "Wahai istriku yang cantik. Aku sudah tua. Sebentar lagi malaikat maut akan menjemputku. Aku ingin sekali ditemani ketika menghadap Tuhanku. Maukah kau ikut bersamaku?"

Dengan nada berang, si istri keempat, yang paling muda, paling cantik, paling banyak menghabiskan waktu dan energi pak tua di luar dan di dalam rumah, sekaligus juga paling banyak menghabiskan uang, mengatakan :

”Kalau bapak ingin pergi ke luar negeri, saya pasti ikut. Kalau bapak ingin ke pesta, saya pasti ikut. Tapi maaf saja. Kalau ke alam kematian, nanti dulu ah. Mati kok ngajak-ngajak! Pergi aja sendiri!”

Dengan hati bagai diiris sembilu, pak tua kemudian bertanya lagi pada istri yang ketiga. Ia bertanya dengan pertanyaan yang sama.

”Istriku yang ketiga. Sebentar lagi, malaikat maut akan menjemputku. Bersediakah kau untuk ikut bersamaku?”

Dengan suara yang lebih lembut, istri ketiga pak tua menjawab :

”Maafkan saya, pak. Saya hanya akan menemani bapak di sini saja. Begitu ajal menjemput bapak, sampai di situ lah tugas saya menemani bapak.”

Dengan hati yang semakin hancur, pak tua menoleh ke arah istri kedua.

”Bagaimana istriku yang kedua. Maukah kau menemaniku ke alam baka?”

Inilah kata-kata yang keluar dari mulut istri keduanya :

”Maafkan saya, suamiku tercinta. Aku akan menemanimu di sini, sampai ajal menjemput. Dan jika kau sudah meninggal, menjadi tugasku pula untuk mengantar jenazahmu ke tempat pemakaman. Setelah itu, selesai tugasku sebagai istri, dan aku akan melanjutkan kehidupanku sendiri.”

Tidak ada pilihan lain. Pak tua pun memalingkan wajahnya ke arah istri pertama. Tampak lah wajah yang sangat tua, penuh keriput dan sudah pudar kecantikannya. Inilah istri yang paling lama merasakan kesusahan bersamanya. Paling sedikit dapat nafkah lahir dan bathin. Paling sedikit dapat jatah uang tetapi paling sering jadi sasaran kemarahan.

”Bagaimana istri pertamaku? Ketiga istriku yang lain tidak bersedia menemaniku menghadap Tuhan. Alangkah hancurnya hatiku, jika kau pun tidak bersedia menemaniku. Rasanya, tidak berguna segala yang sudah kulakukan selama ini.”

Berbeda dengan tiga istri sebelumnya, istri pertama menjawab dengan santun dan lemah lembut.

”Kakanda. Apapun perlakuanmu padaku di hari-hari yang telah lalu, aku akan ikut bersamamu, kemana pun kau pergi.”

Melihat kenyataan ini, pak tua kemudian berkata, "Kalau saja kutahu sejak dulu bahwa engkau lah yang akan setia menemaniku ke mana pun aku pergi, engkau lah yang paling aku perhatikan. Engkau lah yang paling kuutamakan perawatannya, melebihi ketiga istriku yang lain. Kalau saja Tuhan mengizinkanku kembali ke masa muda, takkan kubiarkan engkau jadi tampak tua dan keriput seperti ini!"

Pembaca. Cerita di atas, bukanlah cerita sebenarnya. Cerita itu hanyalah cerita rekaan, yang saya tidak tahu asal-usulnya. Berbeda dengan hadits yang perlu ditelusuri sanadnya, saya merasa tidak perlu menelusuri siapa penulis pertamanya. Yang perlu saya lakukan adalah berdo’a untuk kebaikannya, karena saya memperoleh begitu banyak hikmah dari cerita ini. Cerita ini memiliki hikmah yang sangat dalam, terutama bagi saya dan mudah-mudahan juga bagi anda, yang ingin meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Setiap kita, punya 4 istri kehidupan.

Apa yang dalam cerita di atas disebut sebagai istri keempat, dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai harta dan tahta. Banyak manusia menghabiskan hampir seluruh waktu, tenaga dan pikirannya sepanjang hidup, untuk mendapatkan apa yang kita sebut sebagai harta dan tahta. Bahkan sebagian dari mereka, rela mengorbankan harga diri, kehormatan dan bahkan akidah, untuk mendapatkan harta yang banyak dan atau pangkat yang tinggi. Korupsi, menipu diri atau orang lain dan fenomena 'jilat atasan injak bawahan' adalah sedikit dari perilaku manusia pencari harta dan tahta. Sayangnya, di akhir kematian, harta dan tahta tidak akan dibawa mati. ketika anda hidup, anda boleh punya harta dan perhiasan berlimpah, rumah indah atau mobil mewah. Tapi di dalam kehidupan, belum pernah terjadi, ada mobil BMW ikut dikubur bersama pemiliknya. Belum pernah terjadi juga, sebuah apartemen dibongkar dan kemudian reruntuhannya ditanam bersama jasad pemiliknya. Bahkan pangkat dan jabatan seringkali sudah pergi ketika seseorang belum meninggal. Banyak pejabat yang kehilangan jabatan karena sakit yang terlalu lama.

Istri ketiga dalam cerita di atas adalah badan atau jasad kita. Badan kasar ini, juga banyak makan biaya. Harta hasil jerih payah, banyak digunakan untuk kepentingan badan kasar kita. Entah itu untuk konsumsi, membeli pakaian, kosmetik atau bahkan operasi plastik. Dan ketika seseorang meninggal, maka tugas jasad kasar yang dibiayai dengan harta yang banyak itu pun selesai. Tubuh yang diberi konsumsi makanan yang enak-enak, diberi pakaian indah, dilumuri kosmetik atau bahkan diubah bentuk supaya lebih menarik, sepertinya tidak ada gunanya karena cepat atau lambat harus jadi santapan cacing dan menyatu dengan tanah.

Istri kedua adalah orang-orang terdekat kita. Bisa suami, istri, anak, orang tua maupun sanak saudara. Manusia pun menghabiskan begitu banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk orang-orang terdekat mereka. Sayangnya, ketika seseorang harus meninggal, orrang-orang terdekat itu hanya mengantarnya sampai ke liang kubur. Seringkali terjadi, seseorang yang kaya-raya masih sakit keras dan belum meninggal, para ahli warisnya sudah ribut memperebutkan harta warisan. Teman-teman yang ketika ia masih hidup begitu akrab dan sayang, bisa jadi adalah orang-orang yang paling keras menginjak-injak tanah kuburannya. Usai dari pemakaman, mereka pun kembali mengurus kehidupan masing-masing.

Istri pertama, sekaligus istri paling setia (baik dalam cerita tadi maupun secara umum di dunia nyata), adalah jiwa kita. Jujur saja, kita menghabiskan waktu paling sedikit untuk mengurus jiwa kita. Dalam kehidupan, sadar atau tidak, kita lebih sering menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan energi kita untuk mencari tahta dan harta, menghabiskan harta untuk mengurus jasad kasar maupun memberikan kesenangan bagi orang-orang terdekat kita. Padahal, jiwalah yang selalu bersedia menemani kita dalam suka dan duka.

Pantaslah ketika pak tua sampai pada akhir usianya, ia menemukan sang jiwa dalam keadaan kurus, tampak tua dan penuh keriput. Boleh jadi, karena sepanjang hidupnya, ia hanya menyisakan sedikit perhatian untuk memberi makanan bagi sang jiwa. Badan ia berikan makanan berupa empat sehat lima sempurna. Badan dirawat dengan mandi spa dan operasi plastik.

JIwa kita, pada dasarnya juga membutuhkan makanan. Berbeda dengan jasad kasar, jiwa membutuhkan makanan yang menyehatkan dalam bentuk amal-amal kebajikan. Orang-orang yang hidup dengan amal kebajikan, adalah orang-orang yang selalu ditemani istri pertama yang sehat, muda, cantik dan bebas keriput.

Pembaca. Ada dua tipe istri pertama dalam kehidupan setiap orang. Istri pertama yang sehat, muda, cantik dan bebas keriput dan istri pertama yang tampak tua, kurus dan penuh keriput. Istri kehidupan macam apa yang anda inginkan? (warnaislam.com)


Posted by Azhar Muhammad N.T :: 6:59 AM :: 2 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------