Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Tuesday, September 06, 2005

Belajar Apa Saja, Dimana Saja, Dari Siapa Saja

Belajar atau menuntut ilmu, adalah amalan yang mendapat perhatian sangat besar dalam agama kita. Kita semua tentu tahu bahwa wahyu yang pertama kali diturunkan Allah pada nabi Muhammad Saw adalah ayat tentang belajar. Udah hapal kan ayatnya? Selain wahyu pertama tadi, ada juga ayat 11 dari surat al-Mujaadilah yang menerangkan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu. Lalu ada juga sabda Rasulullah Saw,
"Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar". (HR Bukhari)
Kemudian ada perkataan Imam Syafii,
"Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan)." Nah, untuk menjadi berilmu itu syaratnya ya harus belajar.

Belajar itu punya manfaat yang sangat besar. Dengan belajar kita bisa jadi cerdas dan wawasan kita akan bertambah luas. Toh kita juga dikaruniai otak yang bisa menampung memori melebihi hardisk di komputer kita. Mengapa nikmat yang super besar ini tidak kita manfaatkan? Beberapa tokoh berpendapat bahwa otak kita memang mampu menyimpan memori dengan kapasitas sangat besar. Mau bukti? Ada diantara kita yang mampu menghapal al-Qur’an 30 juz kan? Hebat ya? Banyak diantara para sahabat yang lihai memainkan pedang dan jago menunggang kuda. Ada juga diantara kita yang pintar matematika, fisika, de el el. Mereka itu nggak ujug-ujug bisa kaya’ gitu, melainkan lewat proses belajar. Kenal sama Linkin Park? Salah satu lagunya, yaitu yang berjudul Breaking The Habit dibuat selama kurang lebih 6 tahun, bukan 6 hari!! Emang ngapain aja? Yang jelas terus belajar dan berusaha bagaimana mengembangkan lirik lagunya hingga jadi. Jadi memang tidak ada alasan bagi kita untuk tidak belajar. Yang jadi masalah bukan apakah kita punya IQ tinggi atau rendah juga bukan apakah kita pintar atau bego, tapi apakah kita mau atau tidak dan sudah dimulai atau belum.
***
Menjelang kepulangannya ke Indonesia, seorang kakak kelas menceritakan pengalamannya saat ia berbincang dengan seorang sopir taksi. Waktu itu sopir taksi ini berkata, "Saudaraku, kamu jangan terlalu kasihan karena aku tidak bersekolah. Sebab aku bisa belajar dari dunia, sesungguhnya dunia itu mengajarkan banyak hal kepada orang yang tidak belajar". Aku lupa kapan persisnya ketika aku pertama kali mendengar seseorang berkata bahwa manusia bisa belajar di mana saja. Yang pasti, aku termasuk orang yang sangat meyakini bahwa kita memang kita bisa belajar di mana saja. Di lembaga formal seperti sekolah, kuliah, atau majlis ta’lim, kita dapat mempelajari berbagai macam ilmu seperti fikih, filsafat, ekonomi, dan sebagainya. Di pasar, kita bisa belajar tentang bagaimana cara berinteraksi yang baik dengan para konsumen. Di jalanan, kita bisa belajar bagaimana meningkatkan kepedulian sosial kita. Dari setiap masalah yang kita hadapi baik kecil maupun besar, kitapun bisa mengambil sebuah pelajaran.

Semua hal yang kita dapati dalam kehidupan ini, bisa memberikan pelajaran berharga pada kita mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit sekalipun. Semua makhluk ciptaan Allah, baik manusia, hewan, atau tumbuhan sekalipun, bisa memberikan pelajaran berharga pada kita. Dari hewan seperti lebah madu misalnya, kita bisa belajar bagaimana menjadikan diri kita bermanfaat bagi yang lain. Pelajaran yang sama bisa kita peroleh dari tumbuhan seperti pohon kelapa. Kita tau kan kalo pohon kelapa itu dari batang, daun, hingga buahnya bisa dimanfaatkan.

Hingga detik inipun aku juga mencoba untuk selalu mengambil pelajaran -meskipun sedikit- dari interaksiku dengan kawan-kawanku. Dari tingkah lakunya, sikapnya, hal-hal yang pernah diceritakannya, dan sebagainya. Ada banyak hal positif yang aku ambil dari situ. Aku punya senior yang sebentar lagi akan menyelesaikan studinya, darinya aku belajar bagaimana menjadi orang yang tekun, yang selalu istiqomah dalam menjaga semangatnya agar jangan sampai luntur. Aku punya dua orang teman perempuan yang diberi cobaan berupa rosib (harus mengulang kuliah di tingkat yang sama) sampai tiga kali hingga harus pindah fakultas. Dari mereka aku belajar tentang kesabaran, semangat tinggi untuk terus berusaha, dan tidak menyerah dengan apa yang dihadapi. Mereka akhirnya berhasil juga naik ke tingkat selanjutnya. Aku punya adik kelas, dia ini anaknya sangat kreatif, energik, alim, dan rajin juga. Kadang-kadang aku malu bila melihat hasil karya yang dihasilkannya dan kubandingkan dengan apa yang kuhasilkan selama ini. Darinya aku belajar bagaimana menggunakan kemampuan yang ada dalam diriku. Karena banyak kesulitan muncul dari kemampuan yang tidak digunakan (meminjam perkataan temanku). Itu hanya beberapa diantara sekian banyak pelajaran yang bisa kuambil dari pergaulanku dengan kawan-kawanku. Dari mereka aku belajar tentang bagaimana mengemban amanat dengan baik, tentang bagaimana menjaga kepercayaan yang diberikan, karena kepercayaan itu tidak bisa dibuat tetapi dilahirkan, kadang butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan namun hanya sedetik saja untuk menghancurkannya. Dari mereka aku belajar tentang kedewasaan, bagaimana menjadi orang penyabar dan pandai menjaga emosi. Dari mereka aku belajar banyak hal. Intinya nih, kalau mau sebenarnya kita bisa belajar apa saja, dari siapa saja, dan di mana saja. Kata Imam Syafii, carilah ilmu seperti halnya seorang ibu yang kehilangan anak perawannya. Maksudnya dicari terus sampai dapat gitu loh...
(Taman Langit, 6 September 2005)

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 1:58 PM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------