Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Monday, September 05, 2005

Bersyukur

Kuputar langkahku berbalik dari arah jalanku semula. Untung belum jauh aku meninggalkan masjid Azhar. Aku lupa kalau tadi berniat setelah mengambil minhah aku akan membeli buku di maktabah Daarussalaam. Mumpung ada diskon 60%. Sambil berjalan di trotoar aku membalas SMS yang baru saja dikirim oleh ibundaku. Aku katakan bahwa aku baru saja mengambil minhah, beliau membalas lagi untuk memberi selamat sambil berpesan agar uangnya ditabung. Sambil tersenyum aku membalas lagi bahwa aku sudah ada di toko buku. Setelah keluar dari toko SMS ibuku datang lagi,’jangan dihabisin loh’. Sekali lagi aku tersenyum, lalu kukatakan bahwa aku baru saja bayar 67 pon dapat 2 jilid.

Kulangkahkan kakiku menuju tempat aku biasa menunggu bis. Di bawah panas aku menahan lapar, maklum sejak pagi belum makan sementara jam menunjukkan pukul 2 siang. Alhamdulillah bisnya langsung datang dan masih banyak kursi yang kosong. Aku naik dari pintu depan dan kulihat ada si Abu kawanku yang lebih dulu masuk. Aku langsung duduk disampingnya.
"Beli buku apa Zhar?" Tanyanya padaku
"Cuma buku cerita"
"Buku cerita kok tebel gitu?"
Kusodorkan buku itu padanya. Dia melihat-lihat sebentar.
"Oo, al Futuuhaat al Islamiyah ya? 2 jilid ya?
"Iya, mumpung ada diskon 60% khusus untuk buku terbitan Daarul Basyair ini"
Dalam perjalanan pulang itu kami saling berbagi cerita-cerita ringan. Maklum, aku dan dia juga jarang ketemu. Rupanya dia sedang sedih hari itu, karena tidak berhasil mendapatkan hasil tes darah sebagai persyaratan dalam pendaftaran S2 di al Azhar. Dia dibukroh gara-gara terlambat 10 menit. Itu berarti keesokan harinya ia harus datang lagi ke rumah sakit. Yang membuat dia agak khawatir adalah ujian penerimaan S2 akan dilaksanakan hari itu juga. Aku tidak banyak berkata-kata menanggapi keluhannya, melainkan hanya tersenyum. Entah siapa yang memulai, setelah itu kami mengganti topik pembicaraan. Aku bertanya kenapa dia tidak pulang ke Indonesia dulu, mumpung ada fasilitas tiket gratis yang diperuntukkan bagi penerima beasiswa dari Depag seperti dia. Dia bertanya bagaimana kabar kawan-kawanku yang baru saja pindah rumah. Dia cerita tentang obrolannya dengan temannya di Indonesia, katanya harga barang jadi mahal.
"Tomat 2 butir 1000 rupiah. Kentang sekilo 9000. Beras sekilo 6500. Itu baru di Palembang, di Jakarta kaya’ apa?"
Demikianlah kami saling bertukar cerita di bis siang itu.

Kembali pada kisah sedihnya hari itu, sebenarnya aku juga tidak terlalu puas dengan apa yang terjadi siang itu. Usahaku untuk mengurusi proses tahwil (pindah fakultas) kawanku tidak berhasil. Permohonanku ditolak dan aku kecewa. Setelah bertemu dengan Abu di bis, aku lalu sadar bahwa aku tidak sendiri. Ternyata salah satu saudaraku ada yang bernasib hampir sama denganku. Bahkan apa yang kualami bisa dibilang tidak lebih buruk dari apa yang dialami Abu. Gagal mengurusi tahwil kawanku, toh aku masih bisa mengambil minhah dan membeli buku, dapat diskon pula.
***
Aku teringat dengan isi artikel pada sebuah situs yang dikirim oleh seorang tenaga kerja di Brunei. Ketika dia menceritakan permasalahan yang dialaminya pada salah seorang sahabatnya sesama tenaga kerja, dia mendapati bahwa ternyata sahabatnya mengalami masalah yang jauh lebih berat dari apa yang dialaminya. Kisah sahabatnya ini mengajarinya agar ia lebih banyak untuk menunduk. Menunduk dalam arti banyak-banyak memandang ke bawah. Ternyata pada saat kita mengalami masalah berat, ada kawan atau sahabat kita yang sedang mengalami yang lebih berat dari kita.

Bersyukur, adalah sesuatu yang sama sekali tidak boleh kita abaikan. Seberat apapun masalah yang kita hadapi, kita tetap harus bersyukur karena masih ada nikmat-nikmat yang masih bisa dirasakan. Nikmat itu tidak harus dalam wujud materi. Kita dianugerahi akal untuk berpikir, kita diberi hati, kita dikaruniai mata, telinga, dan indera yang lain. Itu juga merupakan nikmat. Kita masih diberi kesempatan untuk bernafaspun adalah salah satu nikmat terbesar dari-Nya.
(Taman Langit, 5 September 2005)

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 1:41 PM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------