Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Mudahkan Hidupku, Hiasi Dengan Belai-Mu

Thursday, March 02, 2006

Piala Afrika, Mesir, Sentimen, dan Al-Qur'an

Ketika ditanya tim mana yang saya jagokan bakal jadi juara Piala Afrika 2006, saya bilang saya rela tim manapun jadi juara asal bukan Mesir. Alasan saya, saya bakal muak melihat gaya org2 Mesir membangga-banggakan kesuksesan timnya nanti. Saya nggak akan menyangkal jika ada yg ngecap saya terlalu sentimen, karena saya memang sentimen banget.

Tapi perlahan harapan saya menguap bersamaan dengan tersingkirnya Tunisia di babak perempat final. Berdasarkan cerita yg saya dengar, Mesir selalu kesusahan melawan sesama tim Arab. Melawan Maroko saja, Mesir cuma bisa main imbang 0-0, hasil itu menambah panjang catatan kegagalan Mesir mengalahkan Maroko selama 20 tahun. Tunisia tersingkir, praktis cuma Mesir saja negara Arab yg masih bertahan.

Partai semifinal Mesir melawan Senegal pun hanya membuat saya semakin 'kehilangan harapan'. Partai final saya saksikan lewat televisi di rumah famili Syeikh Abdurrahim di Luxor. Karena menonton di rumah org Mesir, maka dari awal saya sudah niatkan meskipun nanti Pantai Gading yg menang, saya nggak akan jingkrak2. Kenyataannya saya memang nggak berjingkrak2 malam itu, melainkan ucapan 'mabruk ya syeikh' yang keluar dr mulut saya. Mesir yg juara.

Ada satu fenomena yang sangat berkesan dlm hati saya saat menonton partai final itu. Demi melihat Tarek Said (gelandang kiri Mesir yg malam itu tidak main alias jadi cadangan) memegang al-Quran dan berdoa pada saat adu penalti, saya langsung 'pasrah' bahwa malam itu akan jadi pestanya rakyat Mesir, begitu juga ketika kamera menyorot official Mesir yg membaca al-Quran. Saya nggak peduli dengan penilaian yg mengarah pada saya (mungkin saya dicap terlalu absurd), tapi yg jelas saya merasa bahwa fenomena itu paling tidak bisa menggugah kita, bahwa yg bisa kita lakukan untuk mencapai sebuah cita2 adalah berusaha maksimal dan berdoa, sementara masalah hasil 100% adalah Allah yang menentukan. Sukses yg diraih Mesir memang pantas diraih. Mereka tidak pernah kalah sebelum melaju ke final, dan perjalanan mereka juga bukan tanpa aral. Mental mereka diuji saat gol Amr Zaky dianulir, begitu pula saat Ahmad Hassan gagal mencetak gol lewat penalti hingga hasil tetap 0-0. Usaha maksimal sudah, mereka juga nggak lupa berdoa pada yg Maha Berkehendak.

Posted by Azhar Muhammad N.T :: 1:58 AM :: 0 Comments:

Post a Comment

---------------------------------------